Jumat, 05 Februari 2021

Refleksi 56 Tahun: Krisis Identitas Kader KUMALA

Sumber: koleksi pribadi

7 Windu berkiprah di dunia pemikiran dan dunia gerakan adalah waktu yang matang bagi usia organisasi Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) untuk melahirkan kader-kader progresif revolusioner. Sejatinya, makna pengkaderan dapat diartikan sebagai upaya sistematik pembentukan jati diri seorang pemikir, pejuang, penggerak yang syarat nilai filosofis sekaligus ideologis. 

Tapi disadari atau tidak, sejak munculnya berbagai kepentingan-kepentingan egosentris pelacur politik di beberapa sektor, kader dipaksa untuk menggadaikan kepatuhannya terhadap identitas, cita-cita Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) demi menghamba terhadap para komprador Dinasti di Lebak.

Dari sudut narasi ini saya mencoba membangun kesadaran dalam kerangka refleksi ini sebagai konstruksi perjuangan bahwa Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) adalah organisasi kader, bukan organisasi politik yang secara gerakan ideologis kebanyakan berakhir tragis di atas meja makan.

Tapi waktu terus berjalan, begitupun ide, semangat dan komitmen berubah seiring berjalannya waktu. Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) yang usianya 56 Tahun ini diharapkan mampu meneguhkan gerakan-gerakan khususnya yang dilakukan kader organisasi, sehingga itu bisa mengkristal dalam bentuk gerakan ideologis yang egaliter, inklusif, serta revolusioner. 

Lebak yang masih sakit secara sistem kekuasaan dengan kondisi sakit menahun sangat sulit disembuhkan. Disinilah peran pengkaderan harus mampu menjadi obat penawar, rejuvenasi, bagi gerakan Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) kedepan.

Lebak, 05 Februari 2021

Rizwan Comrade

Disclaimer: Tulisan ini merupakan pemikiran pribadi penulis, bukan merupakan sikap organisasi Gerakan Restorasi Sosial (GRASS). Secara kelembagaan GRASS tidak memiliki hubungan organik dengan KUMALA.