Rabu, 18 Juli 2012

Penanganan Pencemaran Sungai Daerah Kecamatan Nagrak Kab. Sukabumi

Latar belakang:
17 JULI 2012 Pukul 18.00: Sekretaris Jenderal GRASS menerima laporan dari Ibu Eti Supartini, M.Pd. sebagai salah satu tokoh masyarakat Desa Bale Kambang bahwa masyarakat mengeluhkan: “Terjadi pencemaran sungai dari proyek sapi. Juga penggunaan air bersih secara tidak adil oleh proyek tersebut sehingga masyarakat di sekitarnya tidak kebagian (air). Tolong LSM kirim ke proyek sapi Bapak U di kampung Pondok Tisuk Bale Kambang Kecamatan Nagrak RW 8 RT 2.

HAL YANG DILAKUKAN.
1.      Observasi ke tempat kejadian, yang harus diteliti:
a.       Keberadaan proyek sapi (difoto):
-          Teliti jumlah sapi yang dipelihara
-          Teliti cara pembuangan limbahnya
b.      Penggunaan air bersih/pembagiannya yang tidak adil (foto)dan survey termasuk telaah (difoto).
Foto Sapi
c.       Sampel air sungai yang tercemar (diambil ke dalam botol aqua).
d.      Wawancara dengan masyarakat sekitar pengguna air sungai yang tercemar dan tokoh masyarakat untuk mengorek infomasi mengenai air yang tercemar termasuk pemahaman mereka tentang penyebabnya.
e.       Wawancara ke desa tentang keberadaan proyek sapi (perizinannnya/legalitasnnya), kalau bisa dilanjutkan sampai ke tingkat kecamatan.
f.       Penelitian mengenai keluhan penyekit yang dirasakan oleh masyarakat (Tanya ke masyarakat).
2.      Penyusunan format hasil penelitian sementara
3.      Koordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup
a.       Melaporkan bahwa terjadi pencemaran
b.      Permohonan penelitan lebih lanjut
4.      Berdiskusi dengan Dinas Peternakan tentang program mereka untuk menanggulangi ekses dari peternakan sapi ini.
5.      Setelah ada hasil penelitian, diadakan perundingan dengan BLH dan pemerintah setempat mengenai tindakan yang akan dilakukan (diarahkan kepada musyawarah mufakat).

6.      Tindakan diserahkan kepada BLH dan Pemerintah Setempat.

Sabtu, 21 Januari 2012

CARA BETERNAK AYAM KAMPUNG

Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi, kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Menurut Pararto Wicaksono, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatif dan positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman yang panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
2. Pakan
Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur/warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur adalah sebagai berikut :
* 7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
* 19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
* 34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
* 47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
* 58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
* 66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
* 72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
* 74 gram/per hari sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.
3. Perkandangan
Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang. Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat.
 Ukuran kandang : tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam. Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.
 4. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
* Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan
* Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
* Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat
Model pemeliharaan ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara beternak secara intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.
5. Pengendalian Penyakit
Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit. Kita semua akan setuju dengan statement “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :
1. Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya
2. Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi secara teratur
4.Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit
5. Manajemen pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap binatang lain.
Demikian cara beternak ayam kampong pedaging, semoga dapat menambah pengetahuan kita dalam hal beternak dan menjadikan cara beternak kita lebih baik.(hms)

SUMBER: http://peternakan.umm.ac.id/en/umm-news-2455-cara-beternak-ayam-kampung-pedaging.html

Sabtu, 14 Januari 2012

Global Warming dan Berkurangnya Produksi Listrik

Global Warming
Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadi efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas – gas seperti karbondioksida ( CO­2 ), metana ( CH4 ), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi ( Fakultas Geografi UGM, 2007, hlm.5 ). Meningkatnya volume gas – gas pemicu pemanasan global tersebut disebabkan berbagai macam aktivitas manusia yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ironisnya peningkatan volume berbagi macam zat berbahaya ( sebagai side effect aktivitas manusia) tersebut tidak diimbangi dengan upaya penanggulangan dan rehabilitasi daya dukung lingkungan. Berbagai litelatur menunjukkan kenaikan temperatur global, termasuk di Indonesia, yang terjadi pada kisaran 1,5o - 40o Celcius pada akhir abad ke 21.

Pemanasan global mempunyai dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biofisik karena merupakan dampak yang menyentuh secara langsung. Dampak terhadap aspek biofisik tersebut di antaranya : pelelehan es di kutub, kenaikan permukan air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, perubahan siklus air, meningkatnya evapotranspirasi (penguapan air dari bagian hidup dan bagian tak hidup), d.l.l. Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial - ekonomi masyarakat meliputi : a). gangguan terhadap fungsi pesisir dan kota pantai, b). gangguan terhadap sarana dan prasarana seperti jaringan jalan, c). gangguan terhadap pemukiman penduduk, d) penyebaran wabah penyakit, e). Berkurangnya produktivitas pertanian dan listrik (PLTA).


Pengaruh Global Warming Terhadap Siklus Air
Pembangunan yang dilakukan manusia sebagai salah satu aktivitasnya selalu menimbulkan dampak (side effect ) baik bifisik maupun sosial – ekonomi, disamping tujuan pembangunan itu (untuk mensejahterakan umat manusia). Idealnya dampak itu dapat dikembalikan ke tujuan pembangunan tersebut yaitu untuk mensejahterakan umat manusia.

Salah satu dampak paling dirasakan saat ini adalah meningkatnya kadar gas – gas berbahaya di udara, terutama karbondioksida (CO) yang sekarang ini kadarnya telah melebihi batas normal. Data terakhir di Amerika menunjukkan bahwa dalam sehari dihasilkan karbondioksida sebanyak 75.000 ton yaitu dari sisa penafasan manusia dan sebagian besar dari sisa pembakaran bahan bakar fosil. Dua puluh lima ribu ton karbondioksida itu masuk ke laut sehingga menyebabkan pH air laut meningkat, matinya terumbu karang, d.l.l. Sedangkan 50.000 ton sisanya bebas di udara, tetapi tidak semuanya dapat diserap oleh tumbuhan dalam proses fotosisntesis sehingga karbondiksida tetap bersisa di udara. Karbon dioksida yang terlalu banyak terdapat di udara dapat menghambat pemantulan kembali sinar matahari yang menghampiri atmosfer bumi sehingga penas matahari tertahan dan terakumulasi. Hal ini menyebabkan suhu bumi semakin lama semakin panas.

Bagi Indonesia, hal ini diperparah dengan pengurangan hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran hutan maupun akibat penggundulan. Data yang dihimpun dari The Georgetown – International Enviromental Law Review (1999) menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1997 – 1998 saja tidak kurang dari 1,7 hektare hutan terbakar di Sumatera dan Kalimantan akibat pengaruh El Nino. Bahkan WWF (2000) menyebutkan angka yang lebih besar, yakni 2 – 3.5 juta hektare pada periode yang sama. Apabila hal ini dibiarkan terus – menerus, khususnya di hutan lindung, akan menyebabkan run-off  di kawasan hulu dan meningkatnya resiko pendangkalan dan banjir di kawasan hilir. Pendangkalan hilir dan banjir di hilir, termasuk di waduk-waduk di mana PLTA dapat berpengaruh terhadap produksi listrik yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap wacana penghematan energi listrik.

Dampak Global Warming Terhadap Produksi Listrik dan Wacana Penghematan Energi Listrik
Secara umum ada beberapa pengaruh pemanasan global mempengaruhi produksi listrik oleh PLTA, diantaranya :

a. Pendangkalan Waduk PLTA
Pendangkalan waduk PLTA disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah terbawanya tanah, batuan, batuan, dan material lain dari hulu oleh banjir yang diakibatkan rusaknya hutan di hulu sungai. Secara langsung tanah, batuan, dan sisa – sisa tumbuhan yang terbawa hanyut ini tertibun di dasar waduk dan menimbulkan pendangkalan waduk sehingga daya tampung waduk terhadap air berkurang. Volume air waduk yang berkurang jelas berpengaruh pula kepada produksi listrik oleh PLTA.

Pendangkalan lainnya adalah diakibatkan eutrofikasi, yaitu pelipatan mikrofita dan makrofita di waduk PLTA. Peningkatan makrofita dan mikrofita ini dipicu oleh meningkatnya kadar unsur hara yang terbawa hanyut oleh banjir dari hulu. Peningkatan organisme eceng gondok misalnya, sangat cepat sehingga dalam kurun waktu yang singkat waduk PLTA dapat dipenuhi organisme itu. Volume air waduk akan berkurang dengan adanya organisme itu dan akhirnya kembali berpengaruh pada produksi listrik oleh PLTA tersebut.

Satu lagi pendangkalan yang secara langsung adalah efek dari pemanasan global adalah meningkatnya penguapan air daratan, termasuk waduk PLTA. Secara langsung hal ini mengurangi volume air waduk PLTA dan berpengaruh negatif terhadap produksi listrik.

b.  Bencana Banjir
Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh pola hujan yang acak dan musin hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrem). Frekuensi dan intensitas banjir diperkirakan terjadi sembilan kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara dengan luas genangan air banjir mencapai dua juta mil persegi. Yang menjadi permasalahan bagi PLTA adalah bahwa banjir (air bah) yang datang dari hulu ini membawa serta berbagai macam material yang dapat mendangkalkan waduk PLTA.

Pemasalahan lain yang berhubungan dengan banjir adalah bahwa banjir sekarang secara kapasitas air lebih besar daripada banjir zaman dahulu. Hutan di hulu yang sudah rusak tidak dapat menahan dulu air hujan sehingga air hujan langsung menuju ke hilir secara besar-besaran selama hujan. Volume air yang terlalu besar juga tidak baik bagi produksi listrik PLN karena alih-alih meningkatkan produksi malah merusak sarana dan prasarana yang ada.

c.Pemuaian Kabel Penghantar
Suhu yang semakin tinggi akan berpengaruh langsung terhadap distribusi energi listrik. 

Dari keseluruhan pengaruh pemanasan global terhadap produksi listrik hampir selalu mengarah ke arah berkurangnya listrik yang dihasilkan. Konsekuensinya listrik yang didistribusikan ke masarakat berkurang dan solusinya adalah sudah seharusnya masyarakat ikut serta membantu pemerintah dalam menghadapi hal ini dengan menghemat energi listrik.

Pengendalian Pemanasan Global
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbondioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas itu atau komponen karbonnya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
            Cara paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pepohonan akan menyerap karbondioksida dalam proses fotosintesis.
            Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung, caranya dengan menginjeksikan gas tersebut ke sumur – sumur  minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar (enhanced oil recovery).
            Cara yang kedua adalah dengan mengurangi produksi gas – gas berbahaya tersebut. Berpindah pemakaian dari bahan bakar minyak (bahan bakar fosil) ke gas bumi juga bisa membantu mengurangi produksi CO2 karena gas lebih sedikit menghasilkan karbondioksida daripada minyak. Bahkan energi nuklir yang kontroversial malah tidak menghasilkan karbondioksida sama sekali.

Sabtu, 07 Januari 2012

GRASS MEMBINA KUPP TUNAS BANGSA


Krisis ekonomi global benar-benar  menyisakan dampak yang  kompleks untuk diselesaikan. Perekonomian di negara-negara yang sedang berkembang masih sulit untuk bangkit, termasuk Indonesia yang belum sepenuhnya bangkit dari krisis moneter yang terjadi ditahun 1997-1998. Kondisi ini sangat memperparah perekonomian kita.
Banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang gulung tikar, mengakibatkan sulitnya mencari pekerjaan dimasa sekarang ini. Banyak sekali calon pekerja yang berkeinginan untuk bekerja di instansi pemerintahan atau swasta tetapi lapangan pekerjaan saat ini sangat terbatas. Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran semakin banyak.
Ini berdampak serius bagi para pemuda yang belum bekerja. Sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan membuat para pemuda terkadang menjadi putus asa bersikap acuh terhadap program yang diberikan oleh pemerintah, bahkan terkadang menunjukkan keputusasaannya ke dalam tindakan-tindakan negative dan kontra produktif. Hal itu wajar karena bekerja merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia.
Salah satu jawaban untuk mengatasi kondisi pemuda tersebut adalah dengan melatih kewirausahaannya. Wirausaha merupakan salah satu usaha untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran. Selain menguntungkan dari segi ekonomi, sebagaian besar kegiatan wirausaha juga sangat membantu usaha-usaha dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu usaha yang mudah dikembangkan yaitu pemeliharaan ayam kampung. Namun, isu virus flu burung menyebabkan populasi ayam kampung/ayam buras/ayam jawa semakin berkurang. Akan tetapi permintaan pasar justru semakin meningkat. Oleh sebab itulah kami beternak ayam Jawa Super alias Ayam Kampung Super. Dikatakan Super karena dengan masa pemeliharaan selama 45 - 60 hari saja, ayam telah siap dipanen dan dikonsumsi. Dengan masa yang singkat ini maka resiko kematian juga kecil dan keuntungan bagi peternak lumayan. Dalam rangka memanfaatkan peluang ini, kami yang tergabung dalam kelompok usaha pemuda produktif mendirikan sebuah usaha beternak ayam kampung super yang diberi nama “Tunas Bangsa”.
GRASS sebagai organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat merasa perlu melakukan pendampingan pada kelompok ini. Oleh karenanya dengan bantuan GRASS telah terlaksana  pembangunan kandang ayam berukuran sedang dengan daya tampung 100 ekor ayam di KP.Babakan Pari RT/RW 38/17 Desa Sukaresmi Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi.