Sabtu, 14 Januari 2012

Global Warming dan Berkurangnya Produksi Listrik

Global Warming
Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadi efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas – gas seperti karbondioksida ( CO­2 ), metana ( CH4 ), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi ( Fakultas Geografi UGM, 2007, hlm.5 ). Meningkatnya volume gas – gas pemicu pemanasan global tersebut disebabkan berbagai macam aktivitas manusia yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ironisnya peningkatan volume berbagi macam zat berbahaya ( sebagai side effect aktivitas manusia) tersebut tidak diimbangi dengan upaya penanggulangan dan rehabilitasi daya dukung lingkungan. Berbagai litelatur menunjukkan kenaikan temperatur global, termasuk di Indonesia, yang terjadi pada kisaran 1,5o - 40o Celcius pada akhir abad ke 21.

Pemanasan global mempunyai dampak yang luas dan serius bagi lingkungan biofisik karena merupakan dampak yang menyentuh secara langsung. Dampak terhadap aspek biofisik tersebut di antaranya : pelelehan es di kutub, kenaikan permukan air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, perubahan siklus air, meningkatnya evapotranspirasi (penguapan air dari bagian hidup dan bagian tak hidup), d.l.l. Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial - ekonomi masyarakat meliputi : a). gangguan terhadap fungsi pesisir dan kota pantai, b). gangguan terhadap sarana dan prasarana seperti jaringan jalan, c). gangguan terhadap pemukiman penduduk, d) penyebaran wabah penyakit, e). Berkurangnya produktivitas pertanian dan listrik (PLTA).


Pengaruh Global Warming Terhadap Siklus Air
Pembangunan yang dilakukan manusia sebagai salah satu aktivitasnya selalu menimbulkan dampak (side effect ) baik bifisik maupun sosial – ekonomi, disamping tujuan pembangunan itu (untuk mensejahterakan umat manusia). Idealnya dampak itu dapat dikembalikan ke tujuan pembangunan tersebut yaitu untuk mensejahterakan umat manusia.

Salah satu dampak paling dirasakan saat ini adalah meningkatnya kadar gas – gas berbahaya di udara, terutama karbondioksida (CO) yang sekarang ini kadarnya telah melebihi batas normal. Data terakhir di Amerika menunjukkan bahwa dalam sehari dihasilkan karbondioksida sebanyak 75.000 ton yaitu dari sisa penafasan manusia dan sebagian besar dari sisa pembakaran bahan bakar fosil. Dua puluh lima ribu ton karbondioksida itu masuk ke laut sehingga menyebabkan pH air laut meningkat, matinya terumbu karang, d.l.l. Sedangkan 50.000 ton sisanya bebas di udara, tetapi tidak semuanya dapat diserap oleh tumbuhan dalam proses fotosisntesis sehingga karbondiksida tetap bersisa di udara. Karbon dioksida yang terlalu banyak terdapat di udara dapat menghambat pemantulan kembali sinar matahari yang menghampiri atmosfer bumi sehingga penas matahari tertahan dan terakumulasi. Hal ini menyebabkan suhu bumi semakin lama semakin panas.

Bagi Indonesia, hal ini diperparah dengan pengurangan hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran hutan maupun akibat penggundulan. Data yang dihimpun dari The Georgetown – International Enviromental Law Review (1999) menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1997 – 1998 saja tidak kurang dari 1,7 hektare hutan terbakar di Sumatera dan Kalimantan akibat pengaruh El Nino. Bahkan WWF (2000) menyebutkan angka yang lebih besar, yakni 2 – 3.5 juta hektare pada periode yang sama. Apabila hal ini dibiarkan terus – menerus, khususnya di hutan lindung, akan menyebabkan run-off  di kawasan hulu dan meningkatnya resiko pendangkalan dan banjir di kawasan hilir. Pendangkalan hilir dan banjir di hilir, termasuk di waduk-waduk di mana PLTA dapat berpengaruh terhadap produksi listrik yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap wacana penghematan energi listrik.

Dampak Global Warming Terhadap Produksi Listrik dan Wacana Penghematan Energi Listrik
Secara umum ada beberapa pengaruh pemanasan global mempengaruhi produksi listrik oleh PLTA, diantaranya :

a. Pendangkalan Waduk PLTA
Pendangkalan waduk PLTA disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah terbawanya tanah, batuan, batuan, dan material lain dari hulu oleh banjir yang diakibatkan rusaknya hutan di hulu sungai. Secara langsung tanah, batuan, dan sisa – sisa tumbuhan yang terbawa hanyut ini tertibun di dasar waduk dan menimbulkan pendangkalan waduk sehingga daya tampung waduk terhadap air berkurang. Volume air waduk yang berkurang jelas berpengaruh pula kepada produksi listrik oleh PLTA.

Pendangkalan lainnya adalah diakibatkan eutrofikasi, yaitu pelipatan mikrofita dan makrofita di waduk PLTA. Peningkatan makrofita dan mikrofita ini dipicu oleh meningkatnya kadar unsur hara yang terbawa hanyut oleh banjir dari hulu. Peningkatan organisme eceng gondok misalnya, sangat cepat sehingga dalam kurun waktu yang singkat waduk PLTA dapat dipenuhi organisme itu. Volume air waduk akan berkurang dengan adanya organisme itu dan akhirnya kembali berpengaruh pada produksi listrik oleh PLTA tersebut.

Satu lagi pendangkalan yang secara langsung adalah efek dari pemanasan global adalah meningkatnya penguapan air daratan, termasuk waduk PLTA. Secara langsung hal ini mengurangi volume air waduk PLTA dan berpengaruh negatif terhadap produksi listrik.

b.  Bencana Banjir
Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh pola hujan yang acak dan musin hujan yang pendek sementara curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrem). Frekuensi dan intensitas banjir diperkirakan terjadi sembilan kali lebih besar pada dekade mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan dan Tenggara dengan luas genangan air banjir mencapai dua juta mil persegi. Yang menjadi permasalahan bagi PLTA adalah bahwa banjir (air bah) yang datang dari hulu ini membawa serta berbagai macam material yang dapat mendangkalkan waduk PLTA.

Pemasalahan lain yang berhubungan dengan banjir adalah bahwa banjir sekarang secara kapasitas air lebih besar daripada banjir zaman dahulu. Hutan di hulu yang sudah rusak tidak dapat menahan dulu air hujan sehingga air hujan langsung menuju ke hilir secara besar-besaran selama hujan. Volume air yang terlalu besar juga tidak baik bagi produksi listrik PLN karena alih-alih meningkatkan produksi malah merusak sarana dan prasarana yang ada.

c.Pemuaian Kabel Penghantar
Suhu yang semakin tinggi akan berpengaruh langsung terhadap distribusi energi listrik. 

Dari keseluruhan pengaruh pemanasan global terhadap produksi listrik hampir selalu mengarah ke arah berkurangnya listrik yang dihasilkan. Konsekuensinya listrik yang didistribusikan ke masarakat berkurang dan solusinya adalah sudah seharusnya masyarakat ikut serta membantu pemerintah dalam menghadapi hal ini dengan menghemat energi listrik.

Pengendalian Pemanasan Global
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbondioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas itu atau komponen karbonnya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
            Cara paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pepohonan akan menyerap karbondioksida dalam proses fotosintesis.
            Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung, caranya dengan menginjeksikan gas tersebut ke sumur – sumur  minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar (enhanced oil recovery).
            Cara yang kedua adalah dengan mengurangi produksi gas – gas berbahaya tersebut. Berpindah pemakaian dari bahan bakar minyak (bahan bakar fosil) ke gas bumi juga bisa membantu mengurangi produksi CO2 karena gas lebih sedikit menghasilkan karbondioksida daripada minyak. Bahkan energi nuklir yang kontroversial malah tidak menghasilkan karbondioksida sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar